Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

KERANGKA KARANGAN (OUTLINE)

KERANGKA KARANGAN (OUTLINE)

Pengertian Outline
Pengertian Outline menurut bahasa adalah : kerangka, regangan, gari besar, atau guratan. Jadi Outline merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.

Pengertian Karangan
Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

Pengertian Kerangka Karangan
Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan. Kerangka karangan yang belum final di sebut outline sementara sedangkan kerangka karangan yang sudah tersusun rapi dan lengkap disebut outline final.
Kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas,susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan.
Kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas, susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan, atau dapat juga didefinisikan sebagai satu metode dalam pembuatan karangan yang mana topiknya dipecah kedalam sub-sub topik dan mungkin dipecah lagi kedalam sub-sub topik yang lebih terperinci.

Manfaat Outline (Kerangka Karangan)
a.    Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
b.   Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
c.   Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.
d.   Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih. Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yang demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi.
e.    Memudahkan penulis mencari materi pembantu. Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.
Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah siap, ia dapat menyusutkan kembali kepada kerangka karangan yang hakekatnya sama dengan apa yang telah dibuat penggarapnya. Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyelurih, bukan secara terlepas-lepas.

Pola Susunan Outline (Kerangka Karangan)
Secara garis besar, pola kerangka karangan dibagi menjadi dua yaitu pola alamiah dan pola logis, berikut akan di jelaskan secara singkat pola susunan kerangka karangan.
1.    Pola Alamiah
Merupakan suatu urutan unit–unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Disebut pola alamiah karena memakai pendekatan berdasarkan faktor alamiah yang esensial. Pola alamiah mengikuti keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu.
Pola alamiah dapat terbagi menjadi 3 yaitu :
a.       Kronologis (waktu)
Urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian. Biasanya tulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.
Contohnya : Topik (riwayat hidup seorang penulis)
· asal usul penulis
· pendidikan si penulis
· kondisi kehidupan penulis
· keinginan penulis
· karir penulis
b.       Spasial (ruang)
Landasan yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini biasanya di gunakan dalam tulisan–tulisan yang bersifat deskriptif .
Contohnya : Topik (hutan yang sering mengalami kebakaran)
· Di daerah Kalimantan
· Di daerah Sulawesi
· Di daerah Sumatra
c.       Topik yang ada
Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada . Suatu peristiwa sudah di kenal dengan bagian–bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian–bagian itu harus di jelaskan berturut–turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian–bagiannya itu.
2.      Pola Logis
Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan atau urutan logis . Urutan logis sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang intern dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis.
Dinamakan pola logis karena memakai pendekatan berdasarkan jalan pikir atau cara pikir manusia yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika. Pola logis dapat dibagi menjadi 6, yaitu :
a.       Klimaks dan Antiklimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol.
Contoh : Topik (turunnya Suharto)
· Keresahan masyarakat
· Merajalela nya praktek KKN
· Keresahan masyarakat
· Kerusuhan social
· Tuntutan reformasi menggema
b.      Kausal
Mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab . Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan perincian–perincian yang menelusuri akibat–akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan–persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya.
Contoh : Topik (krisis moneter melanda tanah air)
· Tingginya harga bahan pangan
· Penyebab krisis moneter
· Dampak terjadi krisis moneter
· Solusi pemecahan masalah krisis moneter
c.       Pemecahan Masalah
Di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut . Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternatif–alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang di hadapi tersebut.
Contoh : Topik (virus flu babi / H1N1 dan upaya penanggulangannya)
· Apa itu virusH1N1
· Bahaya virus H1N1
· Cara penanggulangannya
d.      Umum khusus
Dimulai dari pembahasan topik secara menyeluruh (umum), lalu di ikuti dengan pembahasan secara terperinci (khusus).
Contoh : Topik (pengaruh internet)
· Para pangguna internet
o Anak–anak
o Remaja
o Dewasa
· Manfaat internet
o Media informasi
o Bisnis
o Jaringan social
o Dan lain–lain
e.       Familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian berangsur–angsur pindah kepada hal–hal yang kurang di kenal atau belum di kenal. Dalam keadaan–keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakan analogi.
f.       Akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para pembaca

Macam-macam Outline (Kerangka Karangan)
A.    Berdasar Sifat Rinciannya:
1)      Kerangka Karangan Sementara / Non-formal
Cukup terdiri atas dua tingkat, dengan alasan:
a) Topiknya tidak kompleks
b) Akan segera digarap
2)      Kerangka Karangan Formal:
Terdiri atas tiga tingkat, dengan alasan:
a) Topiknya sangat kompleks
b) Topiknya sederhana, tetapi tidak segera digarap
Cara kerjanya:
Rumuskan tema berupa tesis, kemudian pecah-pecah menjadi sub-ordinasi yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan utama. Tiap sub-ordinasi dapat dirinci lebih lanjut. Tesis yang dirinci minimal tiga tingkat sudah dapat disebut Kerangka Karangan Formal.
Contoh keranka karangan formal, perhatikan contoh dibawah ini :
Topik : Penggunaan kompor briket batubara
Judul : Dilema Penggunaan Kompor Briket Batubara dan Penanggulangannya
Tujuan : Memperoleh jalan keluar dari dilema penggunaan kompor briket batubara dengan meningkatnya pencemaran
Rumusan Masalah : Upaya apa yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar tanpa menimbulkan masalah baru.
Aspek yang diteliti :
a. kebutuhan bahan bakar masyarakat Indonesia
b. sumber bahan bakar di Indonesia
c. cadangan bahan bakar di Indonesia
d. kenyataan yang terjadi di masyarakat saat ini berkaitan dengan kebutuhan dan penggunaan bahan bakar batubara sebagai bahan bakar alternatif
e. efek negatif batubara sebagai bahan bakar alternatif
f. jalan keluar atas dilema penggunaan kompor briket batubara
Metode Penelitian :
studi pustaka survey melalui wawancara dan penyebaran angket
Literatur :
Cinningham, W.P. & B.W. Saigo. 1999. Environmental Science: a global concern.
Fifth edition. Mc Graw, Boston
Kupchella, C.E. & M.C.Hyland. 1993. Environmental Science: Living in the
environment. Brooks Cole Publishing company, Pacific Grove, CA.
Raven, P.H., L.R. Berg & G.B.Johnsons. 1998. Environment. Second Edition.
Saunders College Publishing, Forthworth, FL.
Tribun Bandung, Minggu (16 Oktober 2005), hal. 2
www.wikipedia.com
B.     Berdasar Perumusan Teksnya
1) Kerangka Kalimat
2) Kerangka Topik
3) Gabungan antara Kerangka Kalimat dan Kerangka Topik

Syarat Kerangka Karangan yang baik
a.    Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas.
Pilihlah topik yang merupakan hal yang khas, kemudian tentukan tujuan yang Jelas. Kemudian buatlah tesis atau pengungkapan maksud.
b.    Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
Bila satu unit terdapat lebih dari satu gagasan, maka unit tersebut harus dirinci.
c.    Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga rangkaian ide atau pikiran itu tergambar jelas.
d.    Menggunakan simbol yang konsisten.
Pada dasarnya untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan karangan.

Langkah-langkah menyusun karangan satu per satu:
1.    Menentukan tema dan judul
Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan.
Judul adalah kepala karangan. Misalkan tema cakupannya lebih besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.
2.    Mengumpulkan bahan
Bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan, banyak cara mengumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara masing - masing sesuai juga dengan tujuan tulisannya.
3.    Menyeleksi bahan
Agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis.
Berikut ini petunjuk – petunjuknya :
1. Catat hal penting semampunya.
2. Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
3. Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.
4.    Membuat kerangka
Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur.
Kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi, atau uraian per bab. kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.
Berikut fungsi kerangka karangan :
a) Memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan sistematis
b) Memudahkan penulis dalam menguraikan setiap permasalahan
c) Membantu menyeleksi materi yang penting maupun yang tidak penting

Tahapan dalam menyusun kerangka karangan :
a) Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran (diagram yang menjelaskan gagasan-gagasan yang timbul).
b) Mengatur urutan gagasan.
c) Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab.
d) Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap

Kerangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis karena bila terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan. (karangan tidak mengalir).
5.    Mengembangkan kerangka karangan
Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan terhadap materi yang hendak ditulis. jika benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. 

REFERENSI :

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KUTIPAN

KUTIPAN

Ø Pengertian Kutipan
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang penulis, baik yang terdapat dalam buku, majalah, koran, kamus, ensiklopedi, artikel, internet, dan sumber lainnya, ataupun berasal dari ucapan seorang tokoh. Pengertian lain dari Kutipan adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Kutipan digunakan untuk mendukung argumentasi penulis dalam sebuah karangan.
Namun, penulis jangan sampai menyusun tulisan yang hanya berisi kumpulan kutipan. Kerangka karangan, kesimpulan, dan ide dasar harus tetap pendapat penulis pribadi, kutipan berfungsi untuk menunjang/mendukung pendapat tersebut. Selain itu, seorang penulis sebaiknya tidak melakukan pengutipan yang terlalu panjang, misalkan sampai satu halaman atau lebih, hingga pembaca lupa bahwa apa yang dibacanya adalah kutipan. Kutipan dilakukan seperlunya saja sehingga tidak merusak alur tulisan.

Ø Fungsi Kutipan
Kutipan memiliki fungsi dasar yaitu sebagai:
a.    Landasan teori
b.    Penguat pendapat penulis
c.    Penjelasan suatu uraian
d.    Bahan bukti untuk menunjang pendapat itu

Berdasarkan fungsi di atas, seorang penulis harus memperhatikan hal-hal berikut:
     i.         Penulis mempertimbangkan bahwa kutipan itu perlu
    ii.       Penulis bertanggung jawab penuh terhadap ketepatan dan ketelitian
   kutipan
   iii.      Kutipan dapat terkait dengan penemuan teori
   iv.      Jangan terlalu banyak mempergunakan kutipan langsung
    v.       Penulis mempertimbangkan jenis kutipan, kutipan langsung atau kutipan tak
   langsung
   vi.        Perhatikan teknik penulisan kutipan dan kaitannya dengan sumber rujukan.

Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa fungsi kutipan yang sesungguhnya adalah sebagai berikut :

a.    Menunjukkan kualitas ilmih yang lebih tinggi.
b.    Menunjukkan kecermatan yang lebih akurat.
c.    Memudahkan penilaian penggunaan sumber dana.
d.    Memudahkan pembedaan data pustaka dan ketergantungan tambahan.
e.    Mencegah pengulangan penulisan data pustaka.
f.    Meningkatkan estetika penulisan.
g.    Memudahkan peninjauan kembali penggunaan referensi, dan memudahkan penyuntingan naskah yang  terkait dengan data pustaka.


Ø Prinsip-prinsip Mengutip
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh penulis pada waktu membuat kutipan, antara lain :

1)     Jangan mengadakan perubahan
Pada waktu mengadakan kutipan langsung, pengarang tidak boleh mengubah kata-kata atau teknik dari teks aslinya. Bila pengarang menganggap perlu untuk mengadakan perubahan tekniknya, maka ia harus menyatakan atau memberi keterangan yang jelas bahwa telah diadakan perubahan tertentu. Misalnya dalam naskah aslinya tidak ada kalimat atau bagian kalimat yang diletakkan dalam huruf miring (kursif) atau digaris bawahi, tetapi oleh pertimbangan penulis, kata-kata atau bagian kalimat tertentu itu diberi huruf tebal, huruf miring, atau direnggangkan. Pertimbangan untuk mengubah teknik itu bisa bermacam-macam : untuk memberi aksentuasi (tekanan), contoh, pertentangan, dan sebagainya. Dalam hal yang demikian, penulis harus memberi keterangan dalam tanda kurung segi empat […] bahwa perubahan itu dibuat sendiri oleh penulis, dan tidak ada dalam teks aslinya. Keterangan dalam tanda kurung segi empat itu, misalnya berbunyi sebagai berikut : [huruf miring dari saya, penulis].

2)     Bila ada kesalahan
Bila dalam kutipan itu terdapat kesalahan atau keganjilan, entah dalam persoalan atau dalam soal-soal ketaabahasaan, penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Ia hanya mengutip sebagaimana adanya. Demikian pula halnya kalau penulis tidak setuju dengan suatu bagian dari kutipan itu.
Dalam hal terakhir ini, kutipan tetap dilakukan, hanya penulis diperkenankan mengadakan perbaikan atau catatan terhadap kesalahan tersebut. Perbaikan atau catatan itu dapat ditempatkan dalam tanda kurung segi empat […] seperti halnya dengan perubahan teknik seperti telah kemukakan di atas. Catatan dalam tanda kurung segi empat itu langsung ditempatkan dibelakang kata atau unsur yang hendak diperbaiki, diberi catatan, atau yang disetujui itu. Misalnya kalau kita tidak setuju dengan bagian itu, maka biasanya diberi catatan singkat [sic].
Kata sic yang ditempatkan dalam tanda kurung segi empat menujukkan bahwa penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu, ia sekedar mengutip sesuai dengan apa yang terdapat dalam naskah aslinya.



Contoh :
            “Demikian juga dengan data bahasa yang lain dalam karya tulis ini kami selalu berusaha mencari bentuk kata yang mendukung makan [sic] sentral/distribusi yang terbanyak sebagai bahan dari daftar Swadesh.”
Kata makan dalam kutipan di atas sebenarya salah cetak; seharusnya makna. Namun, dalam kutipan, penulis tidak boleh langsung memperbaiki kesalahan itu. Ia harus memberi catatan bahwa ada kesalahan dan ia sekedar mengutip sesuai aslinya. Untuk karya-karya ilmiah penggunaan sic dalam tanda segi empat yang ditempatkan langsung dibelakang kata atau bagian yang bersangkutan, dirasakan lebih mantap.

3)     Menghilangkan bagian kutipan
              Dalam kutipan-kutipan diperkenankan pula menghilangkan bagian- bagian tertentu dengan syarat bahwa penglihatan bagian itu tidak boleh mengakibatkan perubahan makna aslinya atau makna keseluruhannya. Penghilangan bagian itu biasanya dinyatakan dengan mempergunakan tiga titik spasi (…). Jika unsur yang dihilangkan itu terdapat pada akhir sebuah kalimat, maka ketiga titik berspasi itu ditambah sesudah titik yang mengakhiri kalimat itu. Bila bagian yang dihilangkan itu terdiri dari satu alinea atau lebih, maka biasanya dinyatakan dengan titik berspasi sepanjang satu baris halaman. Bila ada tanda kutip, maka titik-titik itu baik pada awal maupun pada akhir kutipan harus dimasukkan dalam tanda kutip sebab unsur yang dihilangkan itu dianggap sebagai bagian dari kutipan.

*Contoh bagian kalimat yang dihilangkan :

Naskah asli
Demikian pula nilai sosial kata harus sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, antara lain apakah ada kata-kata yang tabu, sakral, atau yang berkonotasi lain.

Kutipan
“Demikian pula nilai sosial kata harus sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, ….. .”

* Contoh bagian alinea yang dihilangkan :

Naskah asli
Kaidah sosial berhubungan erat dengan persyaratan kesesuaian pemilihan kata. Kata yang digunakan harus sesuai dengan kesempatan atau situasi yang dimasuki. Pada situasi resmi (formal) digunakan kata-kata baku, sedangkan pada situasi tidak resmi (nonformal) dapat digunakan kata-kata nonbaku. Situasi masyarakat pendengar dan pembaca yang menjadi sasaran harus diperhatikan, baik umurnya, golongannya, maupun pendidikannya.

Kutipan
“Kaidah sosial berhubungan erat dengan persyaratan kesesuaian pemilihan kata. Kata yang digunakan harus sesuai dengan kesempatan atau situasi yang dimasuki………….

Ø Jenis-jenis Kutipan

Terdapat beberapa jenis kutipan, yaitu :
a.    Kutipan Langsung
b.    Kutipan tidak langsung
c.    Kutipan pada catatan kaki
d.    Kutipan atas ucapan lisan
e.    Kutipan dalam kutipan
f.     Kutipan langsung pada materi

Namun disini saya akan membahas lebih dalam mengenai Kutipan langsung dan Kutipan tidak langsung. Berikut ini penjelasannya :

a.    Kutipan Langsung 
Kutipan langsung adalah kutipan yang sama persis seperti kutipan aslinya, atau sumber yang kita ambil untuk mengutip. Disini kita sama sekali tidak boleh merubah atau menghilangkan kata atau kalimat dari sumber kutipan kita.Kalaupun ada keraguan atau kesalahan dalam kutipan yang kita ambit tersebut kita hanya dapat memandakannya dengan [sic!] yang menandakan kita mengutip langsung tanpa ada editan dan kita tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan dari kutipan ynag kita ambil. Bila dalam kutipan terdapat huruf atau kata yang salah lalu dibetulkan oleh pengutip,harus digunakan huruf siku [ ….. ]. Demikian juga kalau kita menyesuaikan ejaan,memberi huruf kapital,garis bawah,atau huruf miring,kita perlu menjelaskan hal tersebut, missal [ huruf miring dari pengutip ],[ ejaan disesuaikan dengan EYD ],dll.

b.    Kutipan Tidak Langsung 
Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang telah kita ringkas intisarinya dari sumber kutipan aslinya. Kutipan tidak langsung ditulis menyatu dengan teks yang kita buat dan tidak usah diapit tanda petik.Penyebutan sumber dapat dengan sistem catatan kaki,dapat juga dengan sistem catatan langsung ( catatan perut ) seperti telah dicontohkan.


Ø Teknik Mengutip
Perbedaan antara kutipan langsung dan kutipan tidak langsung (kutipan isi) akan membawa akibat yang berlainan pada saat memasukannya dalam teks. Begitu pula cara membuat kutipan itu. Agar tiap-tiap jenis kutipan dapat dipahami dengan lebih jelas, perhatikanlah cara-cara berikut :

1)       Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris
          Sebuah kutipan langsung yang panjangnya tidak lebih dati empat baris ketikan, akan dimasukkan dalam teks dengan cara-cara sebagai berikut :
a.    Kutipan itu diintegrasikan langsung dalam teks;
b.    Kutipan itu diapit dengan tanda kutip;
c.    Jarak antara baris dengan baris dua spasi;
d.    Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukkan setengah spasi ke atas, atau dalam tanda kurung di tempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
Contoh :
              Arti detugasi dapat kita lihat melalui batasan-batasan berikut : “Detugasi atau pemberian merupakan sebuah bentuk yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan” (Gorys, 1981 : 93).

2)      Kutipan langsung yang lebih dari empat baris
          Kutipan langsung yang panjangnya lebih  dari empat baris ketikan ditulis dengan cara-cara berikut :
a.    Kutipan itu dipisahkan dari teks dengan jarak dua setengah spasi;
b.    Jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi;
c.    Kutipan itu dapat diapit atau tidak dengan tanda kutip;
d.    Sesudah kutipan diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas, atau ditempatkan dalam tanda kurung nama sigkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu;
e.    Seluruh kutipan dimasukkan ke dalam 5-7 ketikan; bila kutipan itu dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama dari kutipan itu dimasukkan ke dalam lagi 5-7 ketikan.

Contoh :
                                                                ...........
 “Suatu fikiran yang telah tersebar dengan luas sekali di kalangan orang banyak yang menggambarkan buku-buku sebagai benda-benda tak berjiwa, tidak effektif [sic!], serba damai yang pada tempatya sekali berada dalam kelindungan-kelindungan sejak dan ketenangan akademis dari biara-biara dan universitas-universitas dan tempat-tempat pengasingan dari yang lain yang jauh dari dunia yang jahat dan matrealistis ini" (Asrul Sani, 1959:7).
3)        Kutipan tak langsung
              Dalam kutipan tak langsung biasanya inti atau sari pendapat itu yang dikemukakan. Sebab itu, kutipan tak langsug tidak boleh mempergunakan tanda kutip. Beberapa syarat harus diperhatikan untuk membuat kutipan tak langsung :
a.    Kutipan itu diintegrasikan dengan teks;
b.    Jarak antara baris dengan baris dua spasi;
c.    Kutipan tidak dapat diapit dengan tanda kutip;
d.    Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan spasi ke atas, atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
Contoh
          ...........                        
          Pertama-tama harus dibedakan dahulu atara kata ‘aksen’ dan ‘tekanan’. Dalam tata istilah ilmu bahasa ‘aksen’ tidak sama dengan ‘tekanan’. Aksen lebih luas maknanya daripada tekanan. Tata aksen dalam suatu bahasa memperbedakan suku-suku kata (yang sama bentuk foneiksegmentalnya) dengan jalan titinada, kontur lagu, jangka bunyi, dan tekanan. Dengan kata lain, tekanan itu hanya satu bagian dari kata aksen, di samping unsur titinada, kontur dan jangka. (Hockett, 1955:43-66).


Referensi :
http://rororizky.blogspot.com/2012/11/tugas-bahasa-indonesia-kutipan.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS